Teman Ahok 'ditelanjangi' bertubi-tubi soal dana hingga KTP palsu

Teman Ahok 'ditelanjangi' bertubi-tubi soal dana hingga KTP palsu
Teman Ahok.

NASIOANAL (RA) - Sekumpulan anak muda membentuk perkumpulan yang diberi nama Teman Ahok. Mereka menyebut dirinya sebagai relawan yang akan membantu mengumpulkan dukungan untuk calon petahana Basuki Tjahaja Purnama maju di Pilgub DKI 2017.

Perjuangan yang ditawarkan Teman Ahok pula yang membuat Ahok, sapaan Basuki, sejauh ini memilih bergabung dengan mereka untuk maju lewat jalur independen. Dalam mengumpulkan dukungannya, relawan Teman Ahok memasangkan Ahok dengan Heru Budi Hartono, kepala BPKAD DKI Jakarta yang dipilih langsung oleh mantan bupati Belitung Timur itu.

Relawan ini sudah bekerja sejak Juni 2015 lalu. Tepat di satu tahun relawan ini dibentuk, mereka telah mengumpulkan 1 juta KTP dukungan untuk pasangan Ahok dan Heru.

Sejak awal dibentuk, banyak yang mengkritik keberadaan Teman Ahok. Termasuk dari partai, seperti PDIP yang merasa tersalip setelah Ahok merapat ke mereka.

"Tidak mungkin kita dukung kalau Ahok mau independen kita pasti enggak akan dukung dia. Bagaimana partai pemenang (pemilu) suruh mendukung Teman Ahok. Bagaimana?" kata Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDI Perjuangan DKI Jakarta, Gembong Warsono di Gedung DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih, Jakarta, Kamis (3/3).

PDIP, kata Gembong, bakal merasa tersinggung bila harus menjalin komunikasi Teman Ahok, untuk mengusung mantan politisi Gerindra tersebut. Apalagi sejauh ini PDIP adalah partai pemenang Pemilu.

"Seolah mau diadu antara PDIP dengan Teman Ahok. Bagi kami jangan dikotomikan. Ini kan relawan. Partai kan organisasi formal sehingga rasanya naif kalau partai kami minta izin dengan Teman Ahok," terang Gembong.

Dikritik demikian, Teman Ahok tak terpengaruh. Mereka mengaku terus bekerja seperti biasa mengumpulkan dukungan. Sekalipun Teman Ahok sendiri mengaku belum tahu persis apakah Ahok akan memilih Teman Ahok atau malah bergabung dengan partai.

Belakangan kritik makin kencang di alamatkan ke Teman Ahok. Saat rapat kerja KPK dengan Komisi III DPR, anggota dari Fraksi PDIP, Junimart Girsang, menyebut ada aliran dana Rp 30 miliar dari salah satu pengembang proyek pulau reklamasi ke Teman Ahok. Duit itu, kata dia, mengalir lewat Cyrus Network dan Sunny Tanuwidjaya. Sehingga dia sarankan keduanya diperiksa KPK.

"Ada info 30 miliar dari pengembang untuk Teman Ahok, saya tidak tau apakah KPK sudah periksa cyrus dan Sunny," kata Junimart dalam Rapat Dengar Pendapat komisi III DPR dengan KPK.

Junimart tak menjelaskan dari mana informasi tersebut dia dapat. Dia malah mengatakan, jika kabar yang diterimanya tak benar sebaiknya Teman Ahok tak kebakaran jenggot.

"Kita tunggu aja, tidak ada yang perlu diperdebatkan. Tidak ada yang perlu merasa kebakaran jenggot. Tidak perlu membela diri lah. Kita tunggu KPK bergerak. Kita tunggu KPK bisa menyimpulkan apakah memang ada aliran itu atau tidak, itu saja saya kira," tambahnya.

Politikus PDIP ini yakin jika KPK sudah jauh hari mengendus adanya aliran dana tersebut. "KPK tentu lebih mempunyai bukti tentang ini, Pak Laode Muhammad Syarief sudah mengatakan bahwa mereka sudah mengetahui dan sedang melakukan lidik, ya kita tunggu saja. Ibu Basariah juga mengatakan konon sudah memeriksa beberapa orang terkait dengan dugaan aliran dana ini," ungkapnya.

Sepekan setelah pengakuan Junimart itu, Teman Ahok kembali diterpa kabar tak sedap. Eks relawan membongkar borok Teman Ahok dalam pengumpulan KTP dan mendapatkan dana.

Richard, salah satu mantan Teman Ahok, mengatakan data yang disampaikan soal sudah terkumpul 1 juta KTP tidaklah benar. Dia tak yakin data KTP tersebut valid.

"Teman Ahok pencitraan," katanya dalam jumpa pers di Cikini, Jakarta Pusat, Rabu, (22/6).

Dia mencontohkan culasnya proses pengumpulan KTP yang dilakukan Teman Ahok. Dia menyebut istilah pengumpulan KTP seperti berdagang. Artinya ada kemungkinan, satu nama dihitung beberapa kali.

"KTP satu orang bisa dimasukkan dari utara, bulan depan dari Timur, bulan depan masukan lagi dari barat. Ada verifikasi, dicoret, tapi banyak yang lolos. Karena verifikasi random," kata dia.

Namun Richard menjelaskan tak semua pengumpulan KTP salah. Ada juga cara pengumpulan KTP yang benar-benar dilakukan dengan sah.

"Kalau modus di bawah yang riil, taruh di warung-warung, tempat belanja lagi makan makan itu kesadarannya isi. Makanya saya bilang Teman Ahok tidak semua benar dan tidak semua salah," tambahnya.

Dia mengatakan, tindakan ini mereka lakukan bukan karena sakit hati dikeluarkan dan Teman Ahok. Namun yang jelas, katanya, apa yang disampaikan adalah informasi valid karena dirinya ikut sejak awal relawan ini dibentuk

"Saya perekrutan paling pertama, dan diskualifikasi Saya bukan sakit hati, tapi makin hari pembohongan semakin muncul. Saya terpanggil karena rakyat kita disuguhi politik kebohongan bukan pencitraan," ujarnya.

"Saya bertanggung jawab secara moral , makin kemari kebohongan semakin nyata. Saya merasa berdosa karena rakyat kita dididik politik kebohongan," tambahnya.

Bahkan, dia mengungkapkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akan menerbitkan surat perintah penyelidikan (sprindik) untuk memeriksa Teman Ahok. Bahkan, mereka siap membeberkan sejumlah data operasional milik Teman Ahok.

"Kami berani ungkap ini karena sudah bicara dengan KPK. Kami siap berikan keterangan apabila dibutuhkan pihak berwenang, ada dana sekian terindikasi dari reklamasi. Mereka melakukan penyangkalan bahkan menantang untuk pembuktian, itu terserah mereka," jelasnya.

Richard mengaku curiga, sebab Teman Ahok dalam menjalankan aktivitasnya seakan tidak pernah kehabisan dana. Padahal biaya yang dikeluarkan tidak sedikit, seperti upah bagi para pengumpul KTP, hingga membayar fasilitas-fasilitas lainnya.

"Kalau kita hitung-hitung bisa lebih Rp 2,5 miliar, gampang kok matematikanya, belum ditambah fasilitas rekan-rekan, koran berapa? Biaya operasional berapa?" pungkasnya.

Terpisah, Juru Bicara Teman Ahok, Amalia Ayuningtyas, mengatakan, apa yang mereka hasilkan saat ini 1 juta KTP adalah hasil jerih parah. Mereka menolak keras bila disebut telah melakukan kecurangan dalam mengumpulkan KTP dukungan.

"Kalau yang diserang personal kita masih haha hihi saja. Tapi kalau sifatnya mendeligitimasi satu juta KTP yang sudah pernah kita kumpulkan artinya dia sudah mendelegitimasi ratusan orang yang sudah menyediakan waktu luang, menyediakan tenaga buat Teman Ahok," tegasnya dalam konferensi pers di Sekretariat Teman Ahok, di Jakarta Selatan, Rabu (23/6).

Di tempat yang sama, juru bicara Teman Ahok, Singgih Widiyastono menilai bahwa acara konferensi pers yang dilakukan mantan relawan Teman Ahok di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, hanyalah relawan barisan sakit hati. Pasalnya, kelima orang tersebut telah dipecat pascamelakukan pemalsuan data.

"Mereka ini kalau kami sebut adalah relawan barisan sakit hati. Di mana tiga di antara mereka itu sudah kami pecat sejak lama. Alasan kami karena mereka memalsukan data," jelas Singgih. (merdeka.com)

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index